Komisi IV Sidak Radioterapi Tapi Tak Disambut Pimpinan RSUD Ulin
Komisi IV Sidak Radioterapi Tapi Tak Disambut Pimpinan RSUD Ulin
Banjarmasin.
Memenuhi janjinya kemarin, untuk menindaklanjuti soal alat Radioterapi yang dikabarkan tidak berfungsi, rombongan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan, (Kalsel) langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin, Senin, (12/2) petang.
Dipimpin Ketua Komisi IV Yazidi Fauzie, rombongan membidangi kesejahteraan dan pendidikan itu, tiba di rumah sakit milik pemprov Kalsel itu sekitar Pukul 16.00 Wita.
Nanum sayangnya, rombongan yang disertai Wakil Ketua, Iskandar Zulkarnaen, H Lutfi Saifuddin, dan staff Komisi IV serta beberapa jurnalis saat itu, tak bisa bertemu langsung dengan pimpinan rumah sakit. Alasanya saat dihubungi Direktur Utama RSUD Ulin Hj Suciati sedang ada tamu dari Polda Kalsel.
Alhasil, rombongan wakil rakyat yang menunggu lebih dari 30 menit saat itu, hanya dapat melihat-lihat bekas bangunan ruang peralatan radioteri penyinaran penyakit kanker ini dari sisi luar, tanpa bisa masuk kedalam ruang karena pintu ruangan terkunci.
“ Ini coba, kita yang anggota dewan aja, tidak disambut. Apalgi masyarakat biasa. Seharusnya mereka, mengirim perwakilannya kesini. Kami sangat kecewa sekali” tandas Iskandar Zulkarnaen salah anggota rombongan itu.
Kalo begini caranya lanjut Wakil Ketua Komisi IV itu, pihaknya segera akan meminta pimpinan rumah sakit itu untuk hadir ke dewan guna minta keterangan.
Langkah selanjutnya, sekitar pukul 16. 45, rombongan wakil rakyt itupun balik badan tanpa membawa hasil.
Selang beberapa saat, para jurnalis yang masih berada dilokasi rumah sakit itupun berupaya mengontak Direktur RSUD Ulin, Hj Suciati, guna kroscek penyebab tak menyambut rombongan Komisi IV saat itu.
Pada wartawan, Hj Suciati, menyampaikan permohonan maaf kepada rombongan dewan, sebab, dirinya saat itu sedang menghendel tamu dari Polda. “ yang tadi ada tamu dari Polda, ngak bisa ninggalin. Jadi saya minta maaf” ucapnya.
Diapun menjelaskan. Sebenarnya alat radiografi produk Chekoslowakia kucuran APBN tahun 2008 yang biasa digunakan untuk penyinaran penyakit kanker itu bukan rusak atau dibiarkan. Tetapi kondisinya lanjut dia, sejak Oktober 2016 lalu masa fungsi alat bernilai 8 miliar rupiah itu sudah habis, sehingga tak bisa digunakan atau diperbaiki kembali,tapi harus diganti dengan yang baru khususnya pada sub bagian alat vital pendukung berbentuk batu pualam buatan negara luar itu. “ Jadi ini bukan rusak. Tapi memang habis masa gunanya, dan tak bisa diperbaiki, dan harus diganti baru,” kata dia.
Soal rentang waktu yang disebutkan hampir 2 tahun itu menurutnya memang benar. Tetapi, sejak akhir 2016 itu sedang dilakukan penghapusan aset APBN yangmana mekanismenya cukup ribet dan memerlukan waktu.
Karena sebelum penghapusan aset dilakukan, terlebih dulu pusat mengirim tenaga ahli khusus perangkat yang tak bisa sembarangtan itu untuk diteliti kelayakan penghapusannya.
Kemudian, berlanjut tahapan lain, termasuk administrasi pemerintahannya, pengiriman dan packaging barang secara khusus, hingga pembersihan sisa limbah radiasi yang kini alat tersebut sudah dikirim dan hanya bisa ditangani secara khusus oleh Badan Tenaga Nuklir (BATAN) di Jakarta denga biaya dikisaran 60 juta rupiah, lebih murah jika di banding negara pembuat barang ber merek ‘Coball’ itu yang meminta ongkos sebesar 600 juta rupiah.
Terkait soal pasien yang dirujuk, mantan dirut RS Banjarbaru ini mengakui, hal itu memang benar adanya.
Alasannya, langkah tersebut dilakukan karena rumah sakit yang terdekat dan memiliki alat radiogradi yang sama ada di Kaltim.
Namun sebaliknya, ratusan pasien baik dari Kaltim, Kaltara, Kalbar maupun Kalteng, juga dirujuk ke RSUD Ulin untuk penyembuhan penyakit kanker darah anak, karena rumah sakit diempat provinsi tersebut juga tak memiliki alat dan tenaga seperti di RSUD Ulin. “ Jadi ini tergantung kebutuhan untuk penanganannya. Sementara ini kita masih menunggu alat radiografi yang baru dan seiring penyiapan ruangan khususnya di Ulin. Mudahan nanti bisa cepat dapat dan bisa difungsikan lagi,” beber Suciati (*)